Cari Blog Ini

My_ISRA Rahmatan Lil'alamin

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 09 November 2017

BERSIKAP DALAM PERBEDAAN PENDAPAT
(TAK RIBUT; DAMAI)
"Ala shalafatus Sholih"


Adalah Imam Ahmad rohimahullah meriwayatkan hadits tentang shalat sunnah qabliyah Maghrib dan menyatakan keshahihannya. Tetapi sungguh aneh, belum pernah para muridnya menyaksikan beliau mengamalkan ibadah tersebut.
"Mengapa?", tanya mereka.
"Sebab penduduk Baghdad telanjur mengambil pendapat Imam Abu Hanifah", ujar beliau, "Yang menyatakan tiadanya shalat qabliyah Maghrib. Kalau aku mengamalkan hal yang berbeda, niscaya akan menimbulkan keributan di antara mereka."
Meninggalkan suatu sunnah yang diyakini keutamaannya demi terjaganya harmoni masyarakat ternyata adalah 'amal utama.
"Karena itu para Aimmah seperti Imam Ahmad atau yang lainnya", demikian ditulis Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, "Menganggap sunnah apabila seorang imam meninggalkan hal-hal yang menurutnya lebih utama, jika hal itu dapat menyatukan makmum."
Inilah mengapa ketika Buya Hamka menyilakan KH Abdullah Syafi'i berkhuthbah di Masjid Agung Al Azhar, adzan beliau minta dikumandangkan dua kali.
Ini pula mengapa, KH Idham Cholid tidak berqunut ketika tahu ada Buya Hamka menjadi makmumnya dalam kapal yang mengangkut mereka berhaji, sementara Buya Hamka justru berqunut karena tahu KH Idham Cholid ada di belakangnya.
"Demikian juga orang-orang yang menganggap melirihkan suara ketika membaca basmalah (dalam shalat berjamaah) adalah lebih utama atau sebaliknya", sambung Ibn Taimiyah, "Sedangkan makmum berbeda dengan pendapat atau madzhabnya, maka dia boleh mengerjakan yang kurang afdhal demi menjaga kemashlahatan persatuan. Hal ini lebih kuat dibandingkan permasalahan mana yang afdhal dari kedua perkara tersebut, dan ini adalah baik."
Jalan sunnah adalah jalan tak suka ribut tentang khilafiyah furu'iyyah. Jalan sunnah adalah jalan yang meminta kita tak perlu tampil mencolok dan terlihat berbeda.
Adalah Imam Ahmad ibn Hanbal menekankan hal ini sampai soal berpakaian. Beliau menegur seorang yang ditemuinya di Baghdad dalam keadaan memakai pakaian penduduk Makkah.
"Tidak cukupkah bagimu pakaian yang biasa dikenakan orang 'Iraq?"
"Bukankah ini pakaian yang baik, pakaian dari tempat bermulanya Islam?"
"Ya", jawab beliau, "Akan tetapi aku khawatir pakaian itu menghinggapkan rasa sombong dan aku khawatir ia adalah pakaian kebanggaan (libasusy syuhrah) yang dilarang oleh Rasulullah, karena dikenakan agar pemakainya tampak menonjol di tengah khalayak."
Imam Ahmad bin Hanbal bertanya pada muridnya yang datang dari Mesir. "Apa yang kamu lakukan di Mesir?"
Muridnya menjawab "Masyarakat Mesir bermadzhab Maliky dan Syafi'y. Saya berusaha mengubah mereka mengikuti madzhabmu."
Imam Ahmad seketika marah "Kamu yang harus belajar madzhab mereka!!! Bukan mengajak mereka pada madzhabmu. Jangan membuat keresahan di masyarakat."
sikap ini diteladani oleh guru mulia Habib Umar bin Hafidz , seperti yang diceritakan oleh murid beliau(Al-Hamid Jakfar Al-Qadri) dibawah ini
"Penduduk Kota Tarim(Yaman), sejak ratusan tahun yang silam, mayoritas berakidah ahlusunnah wal jamaah dan bermazhab imam syafei dalam ilmu fiqih. Namun mereka sangat menghormati kelompok lain diluar mazhab syafei, terutam al habib umar yang mempunyai murid dari berbagai penjuru dunia, yang tentu mempunyai mazhab yang berbeda-beda.
Ketika Habib Umar mengajar ilmu fiqih dengan membaca kitab Yaqutu Nafis fi Madzhabi ibni idris pada tiap dauroh shaifiah, beliau menerangkan dan mensyarah kitab tersebut dengan metode yang luar biasa. Dan menerangkan fiqih madzhaib arba'ah. Bahkan kadangkala beliau menceritakan pendapat mazhab lain selain mazhab yang empat. Tidak hanya itu, dalam kondisi tertentu beliau menyuruh sebagian murid beliau untuk taklid(ikut) pada selain mazhab syafi'i
Dalam pengamatan penulis yang sangat terbatas, beliau sangat jarang mentarjih (membandingkan mana yang lebih kuat) dalil para pengikut mazhab, mungkin hal ini beliau lakukan untuk menghormati mazhab-mazhab yang ada. Itu juga menunjukan beliau bukan orang yang fanatik pada mazhab yang diikuti. Kendati beliau sangat kuat dan teguh didalam memegang prinsip dan mabda'"
dari buku "bijak menyikapi perbedaan pendapat" karangan Al-Hamid Jakfar Al-Qadri (lulusan sekolah dar al Musthafa, Tarim, Hadhramaut) Dalam Da'wah Islamiyyah



Senin, 06 November 2017



MEMBINA SEBUAH KELUARGA

Gambar terkait

Manusia tak kan lepas dari sebuah kesalahan... tak kan lepas dari kelalaian. apalagi dalam membina keluarga, hidup bersama yang tak kan lepas dari gejolak permasalahan .... mulai hal yang sepele hingga yang besar sekalipun. 

maka dari itu, untuk seorang yang berkeinginan berkeluarga hendaknya belajar ilmu-ilmu yang terkait dengan hidup berkeluarga... ada aneka macam ilmu dipandang dari berbagai segi mulai dari fikih hingga tasyrik dan tasawuf.

diantaranya adalah video berikut ini, yang dikutip dari salah satu acara TV yang sangat Kami Recomendasi kan untuk disimak sebelum berkeluarga maupun bagi yang sudah berkeluarga, 

silahkan disimak semoga bermanfaat.