Cari Blog Ini

My_ISRA Rahmatan Lil'alamin

Kamis, 07 April 2016

Esensi Agama

بسم الله الرحمن الرحيم
Sebuah Esensial Islam Dalam Kurunan Historis
Tulisan ini merupakan ekspresi diri dari keresahan terhadap fenomena lingkungan sekitar yang terjadi, fenomena lingkungan dimana yang tak bisa membedakan sebuah esensi-esensi beragama dalam menyikapi problem kehidupan yang melanda kaum agamis, terutama islam, di era modernis dan global ini. 
Fenomena lingkungan, yaitu dimana fenomena yang berusaha mengenal esensi agama dari pembacaan substansi realitas menuju esensi-esensi agama sehingga seperti muncul sebuah perbandingan-perbandingan peristiwa agama yang satu terhadap agama yang lain atau dari ajaran yang satu terhadap ajaran yang lain, sehingga dari sini tidak adanya ketepatan-ketepatan dalam menyelesaikan problem yang melanda kaum agamis dan bahkan memporakporandakan esensi yang sesungguhnya dalam beragama, sekali lagi terutama dalam agama islam.
Pelajaran esensi agama hanya dapat dipelajari lewat agama tersebut mulai dari historis sampai pada ajaran-ajarannya berbau teologis. Adapun esensi-esensi agama tersebut, terutama islam adalah :
Pertama, Membahas tentang agama merupakan pembahasan abstraksional, mengapa demikian ? karena berbicara masalah agama maka akan bersentuhan langsung dengan sesuatu yang tak berwujud mulai dari yang bersifat teologis sampai pada kepercayaan-kepercayaan yang berbau keyakinan. Dan hal ini sekaligus menjadi sebuah dasar dari eksistensi beberapa agama, perhatikanlah diantara agama-agama yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri mulai dari agama shabiun yang meyakini menyembah bintang/dewa-dewa, agama majusi yang meyakini dan menyembah benda" yg di anggap hidup atw keramat seperti api, matahari dsb, agama hindu yang meyakini akan keluhuran dari seorang manusia sehingga mempunyai kekuasaan tiada tara, agama kristen yang meyakini akan eksistensi Tuhan berbapa, ruhul kudus dan beranak, begitu pula dengan agama-agama yang lain seperti nasrani, yahudi, protestan, kong huchu dan sebagainya
Keyakinan-keyakinan itu akhirnya terekspresikan diri pada sesuatu yang bersifat ritualistik sebagai bentuk penyerahan diri, menyembah sesuatu yang ia yakini memiliki kekuatan dan kekuasaan maha tinggi. Sehingga timbul yang namanya ketaatan-ketaatan perintah sebagai bentuk pula dari rasa takut diri pada yang ia yakini. Demikianlah gambaran umum dari keseluruhan agama yang ada. Maka dari itu Akidah (dalam sebutan lain keyakinan dan kepercayaan), baik teologistik maupun bukan, seharusnya merupakan esensial dari keberadaan dan keeksistensian suatu agama, entah itu agama yang terkategorikan agama samawi maupun agama ardli, terutama agama islam.
Sedangkan beranjak pada Islam, islam, dalam perspektif historisnya, terlahir dari sebuah kepercayaan, bermula dari kepercayaan yang dimiliki oleh para Rasul, terutama Rasulullah saw yang bergelarkan al-Amin, sampai pada kepercayaan yang bersifat Akidah, sebagaimana yang didakwahkan Rasulullah saw dengan gigih dan tabahnya di periode awal yaitu periode mekkah, Akidah islamiyyah merupakan pondasi dasar ke-eksistensian islam dalam mengarungi perjalanan hidupnya.
Seorang umat manusia akan mulai beragama disaat ia memiliki suatu keyakinan terhadap sesuatu yang ia yakini memiliki kekuatan dan kekuasaan maha tinggi dan patut untuk disembah, ditakuti serta diharapkan. Kemantapan dalam keyakinan (Akidah) akan menimbulkan yang namanya penyerahan diri dan pengorbanan untuk memegang teguh keyakinan, maka dari itu tak jarang terdengar berbagai bentuk siksaan yang dialami para sahabat berikut tabiin dalam mempertahankan akidahnya sebut saja bilal bin rabbah, disiksa di puncak panasnya terik matahari siang hari dengan sebongkah batu besar didadanya ditambah dengan berbagai macam bentuk siksaan lainnya, Zunairah (budak abu jahal) dengan sewenang-wenang tanpa belas kasihan, memukul membabi buta, bertubi-tubi. Beberapa pukulannya mendarat diwajah dan kepala Zunairah sampai akhirnya ia buta dan disembukan kembali oleh Allah azza wajall. begitu pula pengikut-pengikut nabi saw yang lain yang mengalaminya. 
Kemudian dalam ajaran islam, yang disebut dengan akidah itu tidak hanya sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan saja tapi Allah swt sebagai dzat yang esa menjelaskan seutuhnya bagaimana akidah dalam islam ? yang mana mungkin secara lebih singkat ulama menyebutnya dengan Rukun Iman, yaitu iman pada Allah swt, Malaikat, Rasul Allah (dari Rasul yang pertama sampai yang diklaim dalam islam sebagai khotamin an-nabiyyin), Kitab suci, Hari Kiamat dan Qadla Qadar. Rukun-rukun iman tersebut diambil langsung dari kemutawatiran dalil Naqli Kitab Suci Al-Quran dan hadis sebagai dalil Qathi serta tinjauan historis (pengecualian untuk Point keenam dari rukun iman), untuk lebih jelas silahkan mempelajari lebih dalam tentang hal ini melalui pendalaman tentang islam yang bersumber dari a-quran dan hadis serta perangkat-perangkatnya.
Selain itu, pada dasarnya rukun-rukun iman tersebut dapat dirasionalisasikan... dimana di sini yang akan ditekankan adalah 3 point yaitu Allah, Rasul Allah dan Kitab Suci, adapun rasionalisasinya yaitu : Allah swt melalui para rasulNya memberikan pengakuan diri bahwa Dialah Allah swt tuhan semesta alam, tiada tuhan selain Dia, Dzat yang patut disembah, ditakuti dan diharapkan. kegigihan dan kebenaran Rasul Allah ini baik Rasul pertama sampai pada Rasul khotamin an-nabiyyin, dimodali dengan Mujizat hingga akhirnya Mujizat tersebut ada yang berupa Kitab Suci Al-Quran yang berisikan tentang akidah yang benar, ubudiyah, dan tentang pengetahuan sebagai penopang kebenaran yang tersampaikan serta perintah-perintah yang berhubungan dengan sosial sebagai wujud dari bentuk islam sebagai Rahmatan Lilalamin. Maka dari itu patutlah islam sangat mengecam keberadaan nabi baru setelah akhir para nabi begitupula kitab suci yang lain, dikhawatirkan akan adanya penyelewengan baru dalam islam dalam berbagai ranah terutama dalam masalah akidah dan lainnya. Rujukan seutuhnya harus bersumberkan pada Al-Quran sebagai kitab suci dan As-sunah.
Kedua, adalah bentuk dari ekspresi diri dari pengakuan terhadap sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan dan kekuasaan maha tinggi berupa penyembahan-penyembahan yang terjadi dalam berbagai agama berbentuk ritual-ritual agama. Dalam islam ritual-ritual ibadah tersebut diarahkan langsung oleh Allah wa rasuluhu tanpa campur tangan siapapun dan manusia (dalam hal ini umat muslim) dilarang dengan keras untuk membuat-buat ritual ibadah. lebih singkat ritual-ritual tersebut melalui kesepakatan ulama yang ditinjau langsung dari Al-Quran dan Hadis, dapat dilihat pada yang disebut dengan Rukun-Rukun Islam berupa syahadatain, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji bagi yang mampu. Kelima point tersebut menjadi sebuah ritualitas yang harus bahkan wajib dilaksanakan oleh mereka yang beriman (berakidah) sekaligus sebagai bentuk dari ekspresi akidah mereka.
Jadi kesimpulannya, esensi-esensi ajaran islam itu terdapat pada 2 hal tersebut yaitu akidah dan masalah ritual ibadah. Dengan melalui kedua hal tersebut memunculkan ideologi-ideologi islam yang pure membela kebenaran yang bersumberkan pada jiwa yang suci dan akal terbimbing. Maka, islam benar-benar menjaga 2 hal tersebut agar tidak terdapat penyelewengan-penyelewengan yang bermula pada penodaan-penodaan agama terhadap akidah dan ritual dalam islam sampai pada rusak dan hilangnya esensi-esensi islam oleh sebab campur tangan (berupa penodaan) manusia, yang mana berakibat pada hilang dan berpecah belahnya eksistensi islam dalam perjalanan hidupnya sebagaimana hilangnya ajaran ketauhidan nabi-nabi atau utusan-utusan sebelumnya sebagai akibat dari campur tangan manusia seperti yang dilakukan oleh yahudi dan nasrani.
Maka dari itu, saya berseru : ”Wahai umat muslim baik tua, muda, remaja, dan dewasa maupun laki-laki dan perempuan, jagalah.... jagalah akidah dan ibadah kalian melebihi sebagaimana kalian menjaga harga diri kalian, karena hal itu adalah benteng terakhir kalian sebagai umat muslim beriman setelah makin pudarnya ideologi-ideologi islam oleh para-para pemikir barat. Akidah dan ibadah adalah esensi eksistensi islam yang tak ada bandingan akan urgensitasnya dimuka bumi ini.... hilangnya kedua hal tersebut menjadi sebuah pertanda berakhir pula ISLAM sebagai agama yang benar seiring dengan ke-Rahmatan Lilalamin-annya, ”
Demikian terima kasih.
Tulisan ini juga sebagai pengantar tulisan berikutnya berjudulkan ISLAMKAH AHMADIYAH ? yang masih dalam proses kajian.

0 komentar: